Marhaban Yaa Ramadhan temna-teman dan para readers aku..
Semoga puasa tahun ini mendapat berkah yang banyak dari Allah dan bisa dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan yaa
Kali ini aku akan posting yang insyaAllah bermanfaat.. Aamiin
Kisah ini nyata terjadi, bukan karena membeberkan informasi tapi memang sangat menginspirasi.
Bekerja di salah satu rumah sakit terbesar, dan ditempatkan di paviliun memang memberikan beban tersendiri, orang-orang dirawat rata-rata adalah orang kelas atas (tidak semuanya), suatu hari merawat salah satu ibu yang sudah senja, usia mungkin 70-80 th, tapi semangatnya untuk sembuh luar biasa, ibu ini asalnya tidak dari Kota terkenal, rumahnya juga di desa biasa, punya perkumpulan nenek-nenek pengajian yang tiap harinya memang rutin mengaji dari suatu tempat ke tempat ain didaerahnya, eyang-eyang ini juga rutin berenang, ibu ini ternyata adalah ibu kandung dari dokter konsulen bedah digesti kami (Sp.B.,KBD sebut selanjutnya dr.KBD), ibu ini suatu hari sakit yang kebetulan juga sakitnya tentang per-digetifan (perut-pencernaan) sehingga ibu ini dirawat oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) anaknya sendiri, tidak biasanya seorang anak menjadi dokter untuk ibunya sendiri (kadang beberapa gak tegel-tega), ibu ini juga dioperasi sendiri oleh anaknya, dan setelah dilakuka pemeriksaan lebih lanjut ibu ini memang dari awal terdiagnose cancer, sering mengalami hipo hiperglikemi yang kadang membuat kami yang merawatnya juga agak deg-degan, opname pertama ibu ini benar-benar sehat hingga bisa boleh pulang, namun beberapa bulan kemudian opname lagi dengan kondisi yang membuat tidak se-fit dulu (basicna sudah cancer)
Kami merawat beliau seperti merawat pasien lain, tidak ada perlakuan spesial meskipun beliau adalah ibu kandung dokter konsulen kami, kebetulan juga istri dari dokter bedah digesti tersebut juga dokter konsulen Obsgin kami (Sp.OG (K) sebut saja dr.OG), cantik ganteng dan sangat perhatian, kami tidak pernah menyangka bahwa dua konsulen yang punya pasien banyak tersebut mau dan bersedia merawat ibunya dengan sabar layaknya benar-benar orang biasa, keluarga biasa yang merawat ibunya.
Dari awal ibu ini opname pertama kali, semua keluarganya berkumpul bergantian jaga, memberikan doa, mengajak mengaji, menghibur ibu ini secara bergantian, anak-anak cucu-cucunya ramah semua, tidak pernah menuntut macam-macam pada pelayanan, semua keluarganya kooperatif dengan semua perawat, ketika kami memang perlu bantuan keluarga, mereka sangat caring, bahkan untuk tindakan kecil seperti mangganti pampers, membantu bak, bab, dua dokter ini selalu melakunnya sendiri, terlebih dr.Og kami, malah kami merasa sangat sungkan, beliau selalu berkata "gapapa mbak, ini tugas kami anaknya"
That point is "Setinggi apapun pendidikan, sehebat apapun profesi, kita hanyalah seorang anak yang wajib merawat ibu, orang tua kapanpun dan dalam keadaan apapun itu"
Opname yang selanjutnya tersebut, ibu ini lebih sering ditunggu oleh 2 dokter konsulen kami yang sepasang suami istri tersebut, namun saat siang hari yang menunggu anak ataupun cucunya yang lain, kami memang tahu bahwa dokter kami tsb tidak hanya bekerja di rs ini, namun jga tempat lain, tiap pagi banget dokter kami sudah berangkat bekerja kadang visit pasien di bangsal dulu sebentar, kemudian pagi melakukan operasi, siang bisa ke poliklinik, kemudian sore atau malamnya ke tempat praktik lain, bahkan memang kami tau jam 1 atau 2 malam dini hari dr.KBD baru selesai bekerja, sehingga tiap malam menunggui ibunya sampai terkantuk-kantuk dan selama di ruang kami dokter kami hanya tidur di sofa kamar rawat ibunya, padahal ibu tersebut teakhir opname 3 minggu lebih, dr.OG pun walaupun hanya sebagai menantu juga sayangnya luar biasa, ketika dr.KBD pengen memberikan program-program terapi demi memperjuangkan ibunya, dr.OG selalu support dan memberikan saran-saran agar lebih dipertimbangkan karena memang kondisi ibu tidak sebaik dulu, karena basicnya memang cancer dan geriatri, kadang mereka berdebat sedikit tapi dr.Og selalu sabar dan selalu support suaminya, benar-benar keluarga yang caring antar satu sama lainnya, meskipun keluarga yang punya tapi tidak pernah mereka itu memperlakukan siapapun seenaknya, sederhana dan baik semua keluarga besar ini, family goals huhuhu
That point is "Sebanyak apapun hartamu hanyalah titipan di dunia, sederhana, down to earth, dan bersyukur adalah kuncinya"
Dari awal masuk bahkan waktu belum sakit, ibu ini rajin sholat tepat waktu, baca alQur'an saat sakit, dan sering berdoa, dengan didampingi keluarganya yang sering memutar musik ayat-ayat Al Qur'an,
aku masih ingat betul saat ditengah-tengah tindakan ku sering cerita-cerita, dulunya mbahuti ini hanya penjahit sampai bisa anak-anaknya sukses bisa jadi dokter dan banyak profesi, tinggalnya mbahuti ini di Sukoharjo, padahal disitu desanya juga biasa, bukan perumahan elite, mbahuti ini sering cerita kalo pas sakit temen-temennya pada nyariin, terutama temen-temen pengajian, dan mbahuti ini gak pernah bales sms temen-temennya, beliau gamau temen-temenya tau kalo beliau sakit dan bikin khawatir, katanya gak enak mosok jauh-jauh soko sukoharjo nganti nang jogja buat jenguk, kadang kalo kita baru melakukan tindakan beliau selalu bilang "maaf yo mbak ngrepotke, wes tuo malah jer ngrepotke" aseliii ku selalu gakuat kalo ada orang sakit kalo bilang begitu ke aku, beliau selalu mendoakan yang baik baik dan selalu berpesan jangan lupa ibadah, ketika kami memberikan semangat, beliau selalu bicara "lhayo mbak urip ki rak yo gur titipan, gari sabar wae yo" hingga pada perburukan kondisinya, penurunan kesadaran dan bicaranya nglantur, mbahuti ini masih bicara hafalan ayat-ayat Al Quran nya, padahal beliau sudah tidak sadar, MasyaAllah banget, kadang kami merinding juga, diakhir hayatnya ia masih didampingi anak-anaknya yang setia mendoakannya, kadang dr.OG menuntun buat dzikir, membacakan Al Quran, dan dr.KBD tiap habis kerja meskipun udah malem banget kadang mijetin ibunya, karna memang dr.KBD ini adalah anak tertua.
That point is "Hidup di dunia hanya untuk beribadah"
Banyak cerita merawat beliau ini, selalu sabar, punya semangat, dan tentu down to earth banget, bicara always pake pake jowo, salut mbahuti, Semoga amal ibadah mu diterima disisi Allah..
Sudah ya gaes cerita singkat ini, semoga menginspirasi, sehebat apapun profesimu ingatlah siapapun orang yang membesarkanmu, dan ku berpesan jangan pernah memuja memuji dokter selayaknya ia yang paling menyembuhkanmu, ia hanya manusia biasa yang juga punya kelebihan kekurangan rasa lelah rasa faith, mereka bertugas untuk membantu memberikan kesehatan pada masyarakat, ia ditugaskan sebagai perantara, Segala kesembuhan hanya berasal dari Allah, terima kasihlah pada Allah telah diberikan dokter sebagai perantaranya.
Begitu teman-teman..
See you next time postingan selanjutnya.
No comments:
Post a Comment